Setelah minggu
kemaren kita mendapatkan ilmu tentang tilawati, pada hari senin ini 12 November
2018 kita kembali diberi kesempatan oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag untuk
mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi dari seorang ahli dalam bidang terjemah
Bapak Ansori Arif dari LPPIQ (Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu
al-Qur’an). Pada kesempatan kali ini, kita mendapatkan banyak sekali ilmu-ilmu
dari beliau tentang terjemah al-Qur’an, dimana sebelumnya kita berfikir bahwa
menterjemah al-Qur’an itu sangat sulit, kenapa kita sampai berfikir seperti
itu?, hal tersebut dikarenakan kita belum ngerti ilmu dalam menterjemah
al-Qur’an, kita belum tahu cara-cara praktis untuk menterjemahnya, dan sebelumnya
fikiran kita sudah beranggapan bahwa menterjemah itu sulit, jika cara berfikir
kita seperti itu, maka sampai kapanpun kita akan beranggapan bahwa menterjemah
al-Qur’an itu sulit. Setelah kita mendapatkan ilmu baru ini, kita sekarang
berfikir bahwa menterjemah al-Qur’an itu tidaklah sesulit apa yang kita
fikirkan dahulu sebelum mendapatkan ilmu ini.
Sekarang
belajar terjemah al-Qur’an bukan hanya di pesantren dan kampus yang berbasis
agama saja, tetapi masyarakat pun sekarang banyak yang menjadi peminat mengkaji
al-Qur’an. LPPIQ merupakan lembaga yang mempelajari tentang penerjemah
al-Qur’an (Translitasi) yang berpusat di Jln. Krah Taman Asri I no. 30
Surabaya. Lembaga ini juga sudah berdiri sejak tahun 1993.
Al-Qur’an
mempunyai beberapa fungsi bagi umat manusia, yang pertama yaitu pentunjuk
(petunjuk bagi umat manusia dan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa). Kedua
yaitu sebagai kalam Allah SWT. Ketiga sebagai syifa’ul Linnas (obat bagi
manusia), dan yang terkahir yaitu furqon pembeda yang benar dan yang salah.
Sebuah
pertanyaan Bagaimana kita bisa memahami al-Qur’an sedang al-Qur’an berbahasa
Arab? Pertanyaan itu seringkali kita dengar dari orang lain yang masih
bertany-tanya. Padahal sudah di jelaskan dalam al-Qur’an surat al-Qomar surat
ke 54 yang tidak hanya sekali dua kali, tapi berulang-ulang dengan ayat yang
sama pada ayat ke 22, 32 dan 40.
ولقد
يسّرنا القرأن للذّكر فهل من مّدّكر
Dan
sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’an untuk belajar, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran? (QS. Qomar [24]: 22).
Dari ayat di atas
dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah memudahkan al-Qur’an untuk kita
pelajari. Maka masih adakah kita yang tidak mau untuk belajar al-Qur’an?. Dalam
belajar kita harus istiqomah,
mengulang-ulang pelajaran yang telah kita pelajari dan juga adanya kemauan dari
diri kita sendiri.
Kunci dari belajar terjemah adalah siapapaun yang ingin lancar membaca al-Qur'an, lancarkan dulu surah al-Baqarah, begitu pula siapapun yang ingin belajar terjemah al-Qur'an, berlatih dulu menterjemahkan surah al-Baqarah. karena surah al-Baqarah yang banyak mewakili kosa kata dalam al-Qur'an. berikut merupakan diagram penulisan al-Qur'an yang behubungan dengan kosa kata yang di ulang-ulang.
Ada rahasia lagi yang disampaikan oleh pemateri kerain, yaitu setelah dihitung kosa kata di dalam al-Qur'an jumlahnya tidak sampai 110.000 kosa kata. Tetapi setelah kosa kata yang sama dikumpulkan ternyata 70% terdiri dari kosa kata yang di ulang-ulang, sungguh ini merupakan keagungan Allah SWT, yang telah memudahkan kita untuk belajar menerjemah al-Qur'an.
Berikut daftar kata-kata di dalam al-Qur'an yang di ulang-ulang:
Saya mengutip
dalam artikel di http://www.terapishalatbahagia.net
artikel yang saya ambil berjudul “Tiada Gerah Berthausiyah” yang merupakan
karangan dari Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof.Dr. Moh.Ali Aziz, M.Ag.
kutipan artikel itu “Jika dalam surat ar-Rahman Allah sebagai Pencipta (al
khaliq) mengingatkan manusia (al makhluq) untuk beriman dan bersyukur
kepada-Nya sebanyak 31 kali, dan itupun manusia tidak berubah, maka anda tidak
cukup mengingatkan sesame makhluk hanya tiga kali, sebagaimana ukuran maksimal
yang sering anda gunakan. Sepuluh kali lipat dari 31 kali pun belum cukup bagi
anda untuk menasehati mereka. Jika anda tiba-tiba bosan menasehati orang karena
telah lebih dari 31 kali nesehat, maka anda bermaksud menyaingi Allah dalam
mengingatkan manusia. Jangan sekali-kali bosan memberikan taushiyah
sekalipun yang mendengar telah gerah.
Jangan henti menasehati sakalipun yang menerima berberat hati.”